FENOMENA SELF HARM DIKALANGAN ANAK MUDA

FENOMENA SELF HARM DIKALANGAN ANAK MUDA

FENOMENA SELF HARM DI KALANGAN REMAJA

 

Belakangan ini saya sering mendapatkan klien dengan keluhan self harm karena berbagai penyebab. Anehnya hampir sebagian besar dilakukan oleh kalangan anak muda,  mulai dari remaja sampai dewasa awal. Bentuk self harm mereka pun bermacam-macam, ada yang cutting (menggores pergelangan tangan dengan pisau, cutter ataupun benda tajam lainnya), memukul-mukul kepalanya sendiri bahkan membentur-benturkan  ke tembok, bahkan ada yang sengaja menempelkan tangannya di knalpot panas sepeda motor. Oleh karena itu mari kita bersama-sama mencermati apa itu self harm? Mengapa  bisa terjadi self harm? Bagaimana solusinya? Supaya kita bisa lebih memahami penderita dan mungkin diantara kita juga pernah atau sedang mengalaminya.

Self harm merupakan suatu tindakan atau dorongan untuk menyakiti atau melukai diri sendiri dengan berbagai cara untuk mengalihkan rasa sakit psikis ke rasa sakit fisik. Biasanya terjadi pada usia remaja dan usia dewasa awal. Mereka cenderung menutupi perilakunya tersebut dan enggan terbuka  atau bercerita kepada orang lain di sekitarnya, bahkan terhadap keluarga atau teman terdekatnya mengenai masalah yang sedang dihadapinya tersebut.

Self harm dan suicide (bunuh diri) adalah perilaku yang berbeda dalam hal tujuan tindakan, tingkat mematikan / keparahan dan frekuensi tindakan. Meskipun demikian, self harm dan suicide sering terjadi bersamaan dan biasanya mereka yang mencoba suicide memiliki riwayat self harm lebih lama dan sudah menggunakan lebih banyak metode. Dengan demikian, penting bagi kita untuk memiliki kecurigaan tinggi kepada mereka yang melukai diri sendiri karena berisiko lebih tinggi untuk suicide.

Menurut data WHO (2018), secara global hampir 800.000 orang meninggal dunia karena suicide setiap tahun dan hampir sepertiga dari semua kasus suicide terjadi di kalangan remaja. WHO juga menemukan bahwa suicide adalah penyebab  utama kematian kedua diantara usia 15-29 tahun dan penyebab kedua kematian wanita berusia 15-19 tahun.

Mengapa self harm banyak dilakukan oleh remaja? Menurut Elizabeth B. Hurlock dalam buku Psikologi Perkembangan-Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi kelima), menuliskan bahwa masa remaja  sebagai usia bermasalah. Mengapa demikian? Pertama, sepanjang masa kanak-kanak sampai dengan anak, masalah mereka sebagian besar diselesaikan oleh orangtua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak memiliki pengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena remaja merasa dirinya mandiri, sehingga ia ingin mengatasi masalahnya sendiri dan menolak bantuan orangtua dan orang lain. Namun sayangnya mereka seringkali  gagal dalam menyelesaikan masalahnya sendiri karena ternyata penyelesaiannya tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. Kegagalan demi kegagalan tersebut akhirnya membuat mereka stress dan tertekan sehingga tidak tahu bagaimana cara melampiaskannya dengan baik.

Sebagai salah satu cara untuk mengalihkan dan melampiaskan perasaan negatif yang dirasakan saat itu, seperti perasaan sedih yang mendalam, marah, kesal, tertekan, depresi dan emosi lainnya adalah dengan melakukan self harm.  Bila ditanya mengapa harus dengan self harm untuk melampiaskan perasaaan-perasaan negatif tersebut, maka mereka biasanya menjawab agar merasa lega, puas dan lebih tenang, meskipun setelah melakukan itu muncul perasaan bersalah atau menyesal,  dan merasakan sakit di bagian tubuh yang dilukai secara sengaja tersebut.

Ada bermacam faktor yang mendorong mereka melakukan tindakan self harm:

  1. Merasa dirinya tidak berharga dan tidak dicintai siapapun

Kebanyakan mereka yang melakukan tindakan self harm adalah klien yang merasanya dirinya tidak berharga, merasa dirinya rendah, menjadi orang yang gagal, masa depan suram, merasa tidak dicintai siapapun dan merasa kesepian. Kenapa bisa seperti itu? Ada pengalaman masa lalu yang membuat mereka terluka psikologis bahkan trauma. Misalnya : pernah mengalami pelecehan seksual, kekerasan orangtua terhadap anak, bullying baik di sekolah, keluarga atau lingkungan sekitar, kegagalan yang terus menerus, atau ditinggalkan oleh orangtua atau orang yang dicintainya. Pengalaman traumatis tersebut membuat luka yang dalam di hati, sehingga muncul perasaan-perasaan seperti disebut diatas.

  1. Tidak tahu cara melampiaskan emosi dengan benar

Ada banyak orang yang tidak paham bagaimana melampiaskan dan mengontrol emosinya. Parahnya ada yang sulit mengenali emosinya sendiri, apakah ia sedang marah, sedih, kecewa,atau bahagia, atau  Padahal dengan bisa mengenali emosi kita sendiri maka kita bisa mengelola emosi dengan baik dan benar. Misalnya apabila kita sedang marah maka untuk melepaskan amarah kita bisa teriak sepuasnya di tempat yang sepi dan luas (pantai, padang rumput, lapangan) atau masuk kamar dan memukul bantal/guling/kasur sehingga tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain.

  1. Depresi

Seseorang yang dalam situasi tertekan yang sangat sering tidak bisa mengontrol dirinya sendiri, maka kecenderungan untuk bertindak self harm pun akan sangat besar. Mereka sudah tidak bisa berpikir rasional dan hanya ingin meredakan tekanan yang besar tersebut dengan menyakiti diri sendiri.

  1. Lingkungan sosial yang tidak mendukung

Lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan keluarga, teman, komunitas dan tetangga sekitar. Berdasarkan pengalaman di ruang praktek penulis, sebagian besar klien merasa tidak diperhatikan keluarga, bahkan ketika mereka mengaku bahwa mereka sudah melakukan self harm kepada keluarga. Respon keluarga hanya biasa saja dan cenderung meremehkan dan menganggap bahwa  melakukan self harm adalah hal yang sepele. Ada juga penyebab stres justru dari keluarga atau teman terdekat, sehingga kecenderungan self harm cenderung sering dan berulang karena setiap hari berhadapan dengan sumber stressor.

  1. Menderita gangguan psikologis

Individu dengan gangguan mental memiliki faktor resiko untuk melakukan self harm. Individu dengan gangguan kecemasan, gangguan makan, depresi, PTSD dan gangguan kepribadian lebih rentan melakukan self harm.

 

Lalu bagaimana solusi untuk mencegah dan menghentikan self harm pada remaja? Selain kesadaran diri dari remaja, dukungan dari lingkungan sangatlah besar perannya untuk membantu remaja bangkit dari keterpurukannya dan tidak melakukan self harm lagi.

Bagi remaja yang melakukan self harm:

  1. Pahami dan kenali kondisi diri

Remaja perlu memahami dan mengenali perasaan dan kondisi psikologisnya saat itu. Apabila kondisinya sedang tidak baik-baik saja dan ada kecenderungan untuk melakukan self harm, maka ia harus  melakukan sesuatu untuk tidak sendirian di dalam ruangan. Lebih baik lagi bila tidak menyimpan benda-benda tajam seperti silet, cutter, pisau,dll di dalam kamar sehingga terhindar untuk menyakiti diri sendiri. Intinya, jangan memberikan peluang atau kesempatan kepada diri sendiri untuk melakukan self harm.

  1. Melakukan kegiatan positif

Langkah selanjutnya segera lakukan kegiatan positif misalnya kembangkan hobby atau melakukan kesenangan, bisa juga dengan olahraga yang disukai, sehingga bisa mengalihkan perhatian untuk menyakiti diri sendiri.

  1. Lakukan healing dan refreshing

Ada semboyan “Hati yang gembira adalah obat”, dan ini benar adanya. Lakukan hal-hal menyenangkan yang bisa mengobati rasa sakit di hati dengan cara yang sesuai  dengan minat dan kesenangan, misalnya bertemu dan hang-out bersama teman-teman, cuci mata di mall, memancing, kulineran, atau apapun yang membuat hati bahagia.

  1. Curhat ke orang yang bisa dipercaya

Ceritakanlah masalah atau perasaaan negatif kepada orang yang bisa dipercaya seperti sahabat, orangtua, guru atau siapapun yang dirasa nyaman untuk diajak bicara dan sekali lagi bisa dipercaya. Hati-hati bercerita dengan orang yang salah, karena akan menimbulkan permasalahan baru.

  1. Mencari pertolongan dari ahli

Bila masalah dan kejadian self harm semakin memburuk dan frekuensi semakin sering maka harus segera mencari pertolongan dari ahli jiwa yaitu psikolog dan psikiater. Mereka secara profesional akan membantu remaja untuk memperbaiki kondisinya tersebut.

Bagi lingkungan sekitar:

  1. Cermati dan kenali remaja yang menunjukkan tanda-tanda melakukan self harm

Remaja yang melakukan self harm memiliki ciri-ciri yang bisa kita lihat yaitu memiliki sejumlah luka di tubuhnya, seperti luka sayat di pergelangan tangan, memar di buku jari-jari tangan, luka bakar di lengan, paha dan badan. Menyembunyikan luka tersebut dengan selalu memakai baju lengan panjang atau pakaian tertutup lainnya. Biasanya bila ditanya mereka akan menghindar dan menutupi penyebabnya karena apa.

  1. Luangkan waktu dan beri perhatian

Meskipun remaja ingin mandiri, namun sejatinya mereka masih sangat membutuhkan perhatian dan pendampingan orangtua dan orang-orang terdekatnya. Oleh karena itu luangkan waktu dan beri perhatian kepada mereka. Mereka sebenarnya hanya butuh didengarkan dan bukan untuk dinasehati. Terima perasaan mereka apa adanya dan coba pahami saja. Bila mereka membutuhkan saran, barulah kita memberikannya.

  1. Jangan menghakimi atau memberinya label negatif

Perilaku remaja yang sering menyimpang membuat kita selalu memberikan label negatif terhadap mereka, sehingga akan mempengaruhi penilaian dan sikap kita terhadap mereka yang cenderung negatif pula. Sikap dan penilaian negatif kita tersebutlah yang akhirnya membuat remaja enggan untuk terbuka terhadap kita, karena takut akan dinilai buruk dan dilabel negatif, bukannya solusi.

  1. Membawanya untuk mendapatkan pertolongan dari ahli

Bila perilaku self harm nampak semakin memburuk, segeralah bawa mereka untuk konsul ke psikolog atau psikiater agar dapat diperiksa lebih lanjut dan mendapat penanganan lebih intensif, sehingga cepat teratasi dan segera mendapat pertolongan.

  1. Sekolah dan komunitas memberikan edukasi tentang kesehatan jiwa

Pengetahuan mengenai kesehatan jiwa di masyarakat terutama di kalangan remaja memang kurang dibanding pengetahuan kesehatan lainnya. Oleh karena itu sekolah, instansi, lembaga maupun komunitas-komunitas lainnya di masyarakat perlu memberikan edukasi dan penyuluhan kepada remaja terkait kesehatan jiwa, khususnya mengenai self harm, sehingga membuka wawasan remaja mengenai apa itu self harm serta bagaimana pencegahan dan penyembuhannya. Dengan demikian diharapkan angka kasus self harm di kalangan remaja berkurang atau bahkan nihil.

Mari kita tingkatkan kesadaran akan kesehatan jiwa bagi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Seperti lirik lagu Indonesia Raya ciptaan W.R. Supratman “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya…”, yang memiliki arti tidak akan bangun raga seseorang jika jiwanya tidak terlebih dahulu dibangun. Dengan kata lain kesehatan fisik seseorang dimulai dari kesehatan jiwanya dahulu. Salam sehat dan waras.

 

Daftar Referensi

Hurlock, Elizabeth.B.  Psikologi Perkembangan – Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta. Penerbit Erlangga.

World Health Organization. National Suicide Prevention Strategies. Vol 30. 2018. https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/279765/9789241515016-eng.pdf?ua=1.

Talitha, Tasya. Apa itu self harm? Kenali Penyebab Self Harm & Solusinya. https://www.gramedia.co/best-seller/self-harm.

 

 

 

 

 

Share

Humas RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Selamat datang di website RSJD dr. Amino Gondohutomo, Kami siap membantu Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

WordPress Video Lightbox Plugin